Halaman

Rumah Utama Tanpopo

Rumah Utama Tanpopo

Rabu, 06 Maret 2013

BOHONG ???


Berbohong pasti pernah dilakukan oleh semua anak manapun. Memang wajar bahwa sekali waktu anak berbohong kepada orangtua. Akan tetapi, bila berbohong menjadi kebiasaan anak, orangtua tentu merasa jengkel, bahkan orangtua bisa jadi merasa diremehkan oleh anak. Dalam mengatasi perilaku anak yang suka bohong, orangtua perlu memahami penyebab yang mendasari mengapa anak memilih untuk berkata bohong. Di bawah ini akan diuraikan hal-hal yang melatarbelakangi perilaku berbohong beserta langkah yang bisa ditempuh orangtua untuk menghentikan kebiasaan berbohong anak.
Faktor Penyebab
1. Interen yaitu penyebab yang berasal dari diri anak

 
Anak berbohong karena ingin :
Ingin dipuji, dikagumi. Keinginan anak untuk dikagumi, dipuji, membuat anak suka membuat cerita yang melebih-lebihkan tentang dirinya, atau menyombongkan hal yang sebenarnya tidak dipunyainya. 

Ingin menghindari hukuman atau sesuatu yang tidak menyenangkan
 

Ingin mendapatkan sesuatu yang diinginkannya
 

Ingin melindungi teman
 

Ingin mengakali/mencurangi orang lain
 
2. Eksteren yaitu penyebab yang berasal dari lingkungan

 
Tuntutan yang terlalu tinggi
Anak selalu menginginkan perhatian, pujian, dan penerimaan dari orangtua. Sebagian anak yang merasa tidak mampu memenuhi tuntutan orangtua, memilih berbohong untuk mendapatkan hal-hal itu.
 


Penyajian model/contoh ketidakjujuran
Anak yang terbiasa melihat orang dewasa berbohong, akan cenderung meniru dan menjadi suka berbohong pula. Anak akan berpikir bahwa berbohong boleh dijadikan cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan atau menghindar dari sesuatu hal yang tidak menyenangkan.
 


Label “pembohong” yang diberikan kepada anak
Sikap orang-orang sekitar yang tidak percaya atau mengecap anak sebagai pembohong, membuat anak frustrasi. Akibatnya, anak berpikir bahwa lebih baik berbohong sekalian saja daripada susah-susah berusaha mengatakan kebenaran namun tetap tak dipercaya.
 

Langkah untuk Mengatasi
1. Lebih banyak menunjukkan penerimaan terhadap anak
Tuntutan terhadap anak hendaknya disesuaikan dengan kemampuan anak, agar anak tak merasa bahwa dirinya tidak sanggup menjadi seperti apa yang diharapkan orangtua. Ketika anak merasa dicintai seutuhnya dan diterima apa adanya dengan segala kelemahannya, anak merasa tidak perlu berbohong. Saat anak melakukan kesalahan, orangtua bisa menegurnya tanpa menyudutkan atau mengolok-olok anak. Hukuman atas kesalahan anak sebaiknya juga tidak terlalu berat, supaya anak tidak merasa terlalu takut menghadapi kesalahannya.


2. Memberikan hukuman atas kebohongan anak dan memberikan penghargaan atas kejujurannya
Apabila anak melakukan suatu perbuatan yang buruk, kemudian berbohong, berarti anak layak mendapat dua hukuman, satu hukuman untuk perbuatan buruknya, dan satu hukuman khusus untuk kebohongannya. Sebaliknya, apabila anak jujur mengakui kesalahannya, orangtua hendaknya memberikan penghargaan terhadap kejujurannya itu dengan memperingan hukuman yang semestinya diterima anak akibat telah melakukan perbuatan yang salah. Katakan kepada anak, bahwa jika ia mau jujur, Anda akan sedapat mungkin berusaha mengatasi masalah yang timbul akibat kesalahannya.
 


3. Berusaha mencari fakta secara lengkap
Apabila orangtua mulai curiga bahwa anak menyembunyikan masalah, orangtua bisa berusaha mengumpulkan bukti-bukti dari sumber lain selain anak. Kemudian, sesudah orangtua yakin mengetahui faktanya, orangtua langsung membicarakan masalah tersebut dengan anak. Pembicaraan ini hendaknya difokuskan untuk mencari jalan pemecahan masalah, bukannya untuk menyalah-nyalahkan anak. Sebagai contoh, ketika orangtua telah yakin mengetahui bahwa sang anak baru saja memukul temannya, orangtua bisa berkata kepada anak, “Mamanya Andi bilang pada mama bahwa kamu memukul Andi dan Andi menangis karenanya. Mama tahu kamu merasa bersalah. Sekarang, bagaimana sebaiknya supaya besok Andi mau bermain lagi bersama kamu? Kalau kamu mau, mama akan temani kamu minta maaf padanya. Mungkin kamu juga bisa memberikan sesuatu buat menghibur Andi.” Umumnya, anak akan berbohong jika orangtua menginterogasi atau memancing anak dengan pertanyaan supaya anak mengakui kesalahannya, sebab anak mengira orangtua pasti akan memarahinya. Oleh sebab itu, daripada menginterogasi anak, lebih baik langsung menghadapkan anak pada fakta yang menjadi masalah, kemudian bersama-sama mencari jalan pemecahannya.
 


4. Menyajikan model/contoh kejujuran
Orangtua bisa memberikan teladan kejujuran dengan cara menepati janji yang dibuat dengan anak, mau mengakui kesalahan, dan tidak berkata bohong kepada anak maupun orang lain.


sumber : http://problemperilakuanak.blogspot.com/2010/02/suka-bohong.html